Kisah ini
bercerita tentang aku dan seorang anak tetanggaku yang lebih kecil dari aku, sebut
saja namanya Sheila, dia berusia 4 tahun lebih muda daripada aku, ketika itu aku
baru lulus sma dan dia kelas 3 SMP, Sheila sangatlah cantik untuk ukuran anak seusianya,
bibirnya yang sensual, kulitnya yang putih bersih, rambut panjang
bergelombang, dan tentu saja dadanya sangat padat dan berisi.
bergelombang, dan tentu saja dadanya sangat padat dan berisi.
Dirumahnya
sedang ada 2 orang anaknya yaitu Rama dan Sheila, Rama sedang bermain PS di kamarnya
dan Sheila menonton televisi di ruang keluarga, Rama adalah adik kelas aku di sekolah,
tapi aku kurang akrab dengannya. Sedangkan Sheila
adalah anak bungsu Pak Widodo, dia masih SMP tapi perawakannya nggak kalah dengan teman-teman satu angkatan aku. Dari dulu dia selalu jadi target bacol aku di kamar mandi.
adalah anak bungsu Pak Widodo, dia masih SMP tapi perawakannya nggak kalah dengan teman-teman satu angkatan aku. Dari dulu dia selalu jadi target bacol aku di kamar mandi.
2 jam aku
install ulang laptop Pak Widodo, sekaligus memasukkan program-program penting
yang akan dia gunakan. Selama 2 jam itu pula lah aku mesti nahan sange di ruang
keluarga Pak Widodo karena melihat Sheila duduk di sofa dengan kaki terangkat
ke meja dan hanya mengenakan hotpants dan tanktop yang super sexy. Mungkin
karena bosan menonton televisi, Sheila pindah duduk ke sofa di depan aku, dia
mulai mengajak ngobrol aku.
“Masih
lama ya mas?” Tanyan Sheila.
“Nggak kok
dikit lagi, tinggal install Winamp doang.” Aku membalas.
“Oohh, soalnya Sheila mau make laptopnya, ada tugas
sekolah yang mesti dikerjain.” Katanya
“Lah, malem minggu masih aja ngerjain tugas sekolah,
jalan-jalan dong Shel, emang cowonya Sheila ke mana nggak ngajak jalan?” Aku mencoba
bercand.
“Ah aku ga punya cowo mas, baru putus. Makanya males
ke mana-mana.” Sheila menjawab.
“Masa sih? Biasanya pada ngantri, hahaha, ya udah aku
selesaiin dulu ya!” Lalu aku pun kembali berkonsentrasi pada laptop Pak Widodo.
Akhirnya
setengah jam kemudian selesai juga, dan aku persilahkan Sheila buat make laptop
itu, sedangkan aku diajak makan oleh Pak Widodo. Setelah makan aku
ngobrol-ngobrol dengan Pak Widodo, ternyata malam itu dia akan berangkat dinas
ke luar kota, sedangkan istrinya sedang rapat perusahaan di Bogor, sehingga aku
harus menginap di rumahnya. Aku pun cuma cengar-cengir aja denger cerita dia
soal pusingnya mikirin proyek. Ngga beberapa lama setelah itu Sheila masuk ke
ruang makan.
“Mas, itu
kok internetnya nggak bisa nyala?” Tanya Sheila.
“Hah?
Masa? Coba sini aku liat.” Aku pun segera menuju ke ruang keluarga.
“Yah ini sih emang koneksinya aja lagi down, namanya
juga modem CDMA.” Aku
menerangkan kepada Sheila.
menerangkan kepada Sheila.
“Yaahh, terus gimana dong mas, aku besok mau jalan,
mesti ngerjain tugasnya sekarang.”
“Hmmm, gimana ya? Kalo gini sih paling lo kerjain di
warnet, atau kalo mau di rumah aku.”
“Ya udah aku
ke rumah mas deh mas.”
Sheila pun
menghampiri ayahnya untuk minta izin kerumah aku. Dengan santai Pak Widodo mengizinkan
putrinya ke rumah aku. Maklumlah Pak Widodo dan aku sudah sangat dekat, dia percaya
sama aku. Lalu aku dan Sheila pun langsung menuju rumah aku. Malam ini rumahku
sepi, soalnya semuanya sedang ke luar kota untuk mengikuti acara pernikahan
paman aku, Sheila aku ajak masuk kamar aku, soalnya komputer aku ada di kamar aku.
Di saat Sheila mengerjakan tugasnya, aku tiduran di kasur double bed aku.
Setengah mampus nahan sange ngelihat perawakan tubuh Sheila di depan aku.
Sekarang pun pakaiannya tetep bikin kontol aku keras banget. Dia tetep pake hotpants
tapi sekarang pake sebuah baju bali yang longgar dilapisi hoddie berzipper yang
nggak dikancingin.
Satu
setengah jam aku nungguin dia ngerjain tugasnya sambil dengerin lagu dari ipod.
Setelah selesai, aku ajak dia makan.
“Shel, lo
belom makan kan? Makan dulu yuk!” Ajakku.
“Ngga ah mas, masih kenyang aku. Eh iya, aku boleh
nginep di sini nggak?” Tanya Sheila.
“Ah gila
lo, ntar Om Wido ngomelin aku lagi.” Sambarku.
Padahal
sebenarnya aku makin sange denger omongan dia.
“Ngga apa-apa mas, males aku di rumah, Cuma ada bang
Rama sama si mbak, ayah paling udah jalan dinas. bete aku!” Katanya mengiba.
“Ya udah tapi nggak apa-apa kan?” Aku mencoba memastikan
daripada kena semprot Pak Widodo.
“Iya mas nggak apa-apa, emm, ngapain kek mas biar
asik nih, bosen aku.” Usulnya.
Aku pun
duduk di depan komputer, awalnya aku mau nyalain MP3 aku, tapi tiba-tiba terbersit
niat kotor aku, akhirnya aku buka koleksi bokep aku.
“Mas apaan
tuh? Wah gila lo malah nonton begituan.” Sheila protes ke aku.
“Lah kan kata lo tadi mau yang seru, ini seru banget
malah, ya udah deh kalo nggak mau aku matiin.” Kataku agak bernada tinggi
sambil senyum.
“Yah
jangan dulu mas, pengen liat aku, penasaran.” Katanya mencegah.
Lima menit
nonton bokep Jepang, muka Sheila semakin mirip dengan pemeran
wanitanya, terlihat dia sange berat. Aku pun terus memandangi dia mencari momentum
yang tepat agar bisa ngerasain memeknya, nggak beberapa lama dia menaikan kaki ke
bangku dan melipatnya di depan dadanya. Aku mulai mencoba memegang pahanya dan mengelus-elus, rasa takut kepada Pak Widodo lenyap semua, yang penting aku bisa ngerasain memek bacol aku hari ini. Terus aku elus-elus paha Sheila dan mulai menjalar ke pinggulnya, dia masih nggak peduli sama tangan aku dan serius menonton adegan bokep tersebut. Hingga ketika aku memegang pinggangnya dia menurunkan kakinya dan menatap aku, tanpa berkata dia memejamkan matanya dan buka sedikit bibirnya, tanpa basa-basi aku cium bibirnya dengan ganas, dia pun membalas dengan binalnya, ternyata dia udah biasa ciuman.
wanitanya, terlihat dia sange berat. Aku pun terus memandangi dia mencari momentum
yang tepat agar bisa ngerasain memeknya, nggak beberapa lama dia menaikan kaki ke
bangku dan melipatnya di depan dadanya. Aku mulai mencoba memegang pahanya dan mengelus-elus, rasa takut kepada Pak Widodo lenyap semua, yang penting aku bisa ngerasain memek bacol aku hari ini. Terus aku elus-elus paha Sheila dan mulai menjalar ke pinggulnya, dia masih nggak peduli sama tangan aku dan serius menonton adegan bokep tersebut. Hingga ketika aku memegang pinggangnya dia menurunkan kakinya dan menatap aku, tanpa berkata dia memejamkan matanya dan buka sedikit bibirnya, tanpa basa-basi aku cium bibirnya dengan ganas, dia pun membalas dengan binalnya, ternyata dia udah biasa ciuman.
“Karbitan
juga ya.” Pikir aku dalam hati.
Gilanya
dia main sangat binal, lidah aku dipagut, air liurnya menetes ke mulut aku, dan
napasnya sangat memburu. Puas ngehajar bibirnya, aku mulai turun ke lehernya,
dengan napas yang masih memburu dia mendekatkan bangkunya ke
dekat bangku aku, kepala aku diremasnya. Jilatan aku pun turun ke dadanya, dengan
mudahnya baju bali dia yang longgar dapat aku buka, OMG ternyata dia nggak pake BH. Langsung saja aku hajar payudaranya yang telah berukuran sekitar 34B, kiri kanan aku isep dan main mainin. Puas dengan payudaranya, aku pindah posisi, dari yang tadi duduk di bangku sekarang aku berlutut menghadap dia, aku mulai ngejilatin perutnya hingga bagian atas selangkangannya, muka Sheila sange berat, aku pun terus nahan-nahan hingga dia yang meminta untuk aku jilatin vaginanya.
dekat bangku aku, kepala aku diremasnya. Jilatan aku pun turun ke dadanya, dengan
mudahnya baju bali dia yang longgar dapat aku buka, OMG ternyata dia nggak pake BH. Langsung saja aku hajar payudaranya yang telah berukuran sekitar 34B, kiri kanan aku isep dan main mainin. Puas dengan payudaranya, aku pindah posisi, dari yang tadi duduk di bangku sekarang aku berlutut menghadap dia, aku mulai ngejilatin perutnya hingga bagian atas selangkangannya, muka Sheila sange berat, aku pun terus nahan-nahan hingga dia yang meminta untuk aku jilatin vaginanya.
Tidak berapa lama, dia berkata,“Mas, bukain aja
celana aku, udah nggak tahan
mas.”
mas.”
Tanpa
banyak cingcong aku buka celana dia, sekarang terhampar G-string merah muda di depan
aku. Anjir karbitan abis ini anak SMP. Langsung dengan semangat 45 aku isap vaginanya
yang udah super becek. Dia terus melenguh kencang, aku isap clitorisnya dengan
perlahan lahan. Tidak beberapa lama, akhirnya dia orgasme. Lalu aku angkat dia ke kasur aku dan aku
terlentangkan, aku buka semua baju aku. posisi dia aku bikin duduk bersandar di
kepala tempat tidur aku, dan aku
berlutut dengan penis yang tepat di muka dia.
berlutut dengan penis yang tepat di muka dia.
“Shel,
gantian dong.” Kataku.
Dia mulai
isep kontol aku, aku mengajari perlahan-lahan, sepertinya dia masih
perawan. Masih belom terbiasa menghisap penis, 5 menit kemudian dia sudah cukup
mahir dan aku merasakan kenikmatan di BJ oleh bacol idaman aku. Sebelum orgasme, aku tarik keluar kontol aku dari mulutnya, takutnya kalo dikeluarin di dalam dia jijik dan illfeel, aku mengubuah posisi aku hingga kontol aku tepat berada di depan memeknya, tanpa membuang waktu, aku berusaha penetrasi ke memek yang masih sempit, kemerahan dan tanpa jembut itu.
perawan. Masih belom terbiasa menghisap penis, 5 menit kemudian dia sudah cukup
mahir dan aku merasakan kenikmatan di BJ oleh bacol idaman aku. Sebelum orgasme, aku tarik keluar kontol aku dari mulutnya, takutnya kalo dikeluarin di dalam dia jijik dan illfeel, aku mengubuah posisi aku hingga kontol aku tepat berada di depan memeknya, tanpa membuang waktu, aku berusaha penetrasi ke memek yang masih sempit, kemerahan dan tanpa jembut itu.
Dia
berkata, “Mas, pelan-pelan, aku takut sakit.”
Wah anjir
lampu ijo banget, mulailah aku memasukan ujung penis
aku kedalam vagina dia, dia menahan sakit, kembali aku coba ulangi hingga sekitar 10
menit, pada akhirnya masuk juga semua kontol aku, dia terlihat kesakitan dan
mengeluarkan air mata, aku tahan kontol aku dalam memeknya. Setelah terlihat agak
baikkan aku mulai keluar masukkan kontol aku dengan gaya missionary, aaahhh enak banget seperti dipijat, tetesan darah merah keluar dari vaginanya.
aku kedalam vagina dia, dia menahan sakit, kembali aku coba ulangi hingga sekitar 10
menit, pada akhirnya masuk juga semua kontol aku, dia terlihat kesakitan dan
mengeluarkan air mata, aku tahan kontol aku dalam memeknya. Setelah terlihat agak
baikkan aku mulai keluar masukkan kontol aku dengan gaya missionary, aaahhh enak banget seperti dipijat, tetesan darah merah keluar dari vaginanya.
Dua puluh
menit bersenggama dengan dia, aku mengubah posisi, sekarang kita main dengan
gaya doggie, penetrasi aku pun makin maksimal bikin dia kelojotan, erangan dan desahan
Sheila makin menjadi.
“Ahh, mmm…….aaa…….sss, ttteeerrruu…….ssssss massss………”
Desahan Sheila makin bikin aku sange.
“Shel,
coba lo di atas deh.” Perintahku.
Akhirnya aku
mencoba WOT tanpa mengeluarkan penis aku dari memek Sheila,
dia memduduki selangkangan aku, mukanya yang sangat eksotis itu bikin nafsu aku membara, dia mulai maju mundur. Tidak beberapa lama akhirnya dia mengalami orgasme kedua, badannya kejang dan lemas dia tiduran di atas dada aku, kontol aku
merasakan cairan hangat mengalir mengikuti alur urat di kontol aku. Akhirnya aku kembali ngegenjot dia, sepuluh menit kemudian akhirnya aku orgasme di dalam memeknya, sangat banyak sperma aku keluar, hingga mengalir keluar memeknya.
dia memduduki selangkangan aku, mukanya yang sangat eksotis itu bikin nafsu aku membara, dia mulai maju mundur. Tidak beberapa lama akhirnya dia mengalami orgasme kedua, badannya kejang dan lemas dia tiduran di atas dada aku, kontol aku
merasakan cairan hangat mengalir mengikuti alur urat di kontol aku. Akhirnya aku kembali ngegenjot dia, sepuluh menit kemudian akhirnya aku orgasme di dalam memeknya, sangat banyak sperma aku keluar, hingga mengalir keluar memeknya.
Setelah
puas, aku tarik keluar kontol aku, aku melihat sisa sisa sperma dan darah
keperawanannya, aku dan Sheila pun terlelap tidur di kamar aku. Keesokan
paginya Sheila pulang setelah sarapan, dia membisikkan terima kasih
setelah mencium aku, setelah malam itu pun kami jadi sering melakukan hubungan seks, mau di mobil, hotel, rumah Sheila, rumah aku, bahkan di sekolah Sheila. Kami pun terus menjadi TTM-an sampai aku lulus kuliah sekarang.
setelah mencium aku, setelah malam itu pun kami jadi sering melakukan hubungan seks, mau di mobil, hotel, rumah Sheila, rumah aku, bahkan di sekolah Sheila. Kami pun terus menjadi TTM-an sampai aku lulus kuliah sekarang.
No comments:
Post a Comment