Sebulan
yang lalu aku pergi kerumah sepupuku Ary di daerah Bogor, kebetulan rumahnya
berada di dalam gang yang tidak bisa masuk mobil. Jadi mobilku aku parkir di
depan gang dekat sebuah salon. Setiba di rumah Ary, aku disambut oleh istrinya.
Memang istri si Ary yang bernama Sandra 30 tahun memang dikategorikan sangat
sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster.
“Mas Ary
sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik,” sapa si Sandra.
Aku
disuruh duduk di ruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir teh manis,
karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat
melihat persis sembulan kedua belah dada si Sandra yang tidak mengenakan BH.
Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi aku hilangkan pikiranku
jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk keluargaku juga.
Akhirnya
setelah Ary tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin untuk
menghirup udara sore sendirian, karena aku akan menginap di rumah si Ary hingga
besok pagi. Aku berjalan ke depan gang sambil melihat mobilku, apakah aman
parkir di sana. Setelah melihat mobil aku mampir ke salon sebentar untuk
gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang. Di sana aku dilayani oleh
seorang ibu, umur kurang lebih 40-45 tahun, kulit kuning langsat, body seperti
layaknya seorang ibu yang rata-rata pada umur tersebut, gemuk tidak, kurus
tidak, sedangkan raut mukanya manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan
usia, malah masih mulus, saya rasa ibu ini sangat rajin merawat tubuhnya
terutama mukanya.
“Mas mau
potong rambut atau creambath nich,” sapa ibu tersebut.
“Mau
potong rambut Bu” jawabku.
Singkat
cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Rini menawarkan
pijat dengan posisi tetap di bangku salon. Setelah setuju sambil memijat kepala
dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin di depan muka saya.
“Wach
pijatan ibu enak sekali” sapaku.
“Yach biasa Mas, bila badan terasa cape
benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak” jawabnya.
“Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak
terima tamu disalon ini, soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath
rambut tamu sambil berdiri” jawabnya lagi.
“Sekarang
ibu terasa cape enggak” tanyaku memancing.
“Memang
Mas mau mijitin ibu” jawabnya.
“Wach dengan senang hati bu, gratis lho..
kalau enggak salah khan biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang
pegal-pegal, benar enggak bu?” pancingku lagi.
“Memang benar sich, tapi khan susah di sini
Mas” jawab Bu Rini sambil tersenyum.
Naluriku
langsung berjalan cepat, berarti Bu Rini ini secara tidak langsung menerima
ajakanku.
Tanpa buang-buang waktu aku berkata, “Bu, ibu
khan punya asisten di sini, gimana kalau aku pijit ibu di luar salon ini?”
pancingku lagi.
“Mas mau
bawa ibu ke mana?” tanya Bu Rini.
“Sudahlah bu.. bila Bu Rini setuju, saya
tunggu ibu di mobil di depan salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan ke mana
ke asisten ibu” Ibu Rini mengangguk sambil tersenyum kembali.
Singkat
cerita kami sudah berada di dalam hotel dekat kebun raya Bogor. Ibu Rini
mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku
mempersilahkan Bu Rini telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut betisnya,
dia mengangguk setuju.
“Enggak
nyusahin nich Mas”
“Tenang
saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho.” jawabku.
Lalu aku
mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana panjang Bu Rini
aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Rini terlalu besar ujung
celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga atas. Ini dia kesempatan yang
memang aku tunggu.
“Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana
ibu masalahnya nanti celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang
begitu leluasa, nanti ibu komplain nich”
Kulihat
Bu Rini agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung
melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku mulai memijit betis
beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya menuju pahanya.
Kulihat dari belakang Bu Rini hanya mendesah saja, mungkin karena terasa enak
pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya body lotion aku pergunakan agak
banyak, dan handuk sudah tersingkap hingga punggungnya.
Aku mulai
renggangkan kedua kaki Bu Rini, sambil memijat paha bagian dalam. Tampaknya Bu
Rini menikmatinya.
Tanpa buang waktu dalam keadaan terlungkup
aku menarik celana dalam Bu Rini ke bawah sambil berkata “Maaf Bu yach”.
Dia hanya
mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Rini sudah mulai
terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu banyak. Wow kulihat
pantat Bu Rini tersembul dengan belahan di tengahnya tanpa sehelai rambut yang
mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi memijit paha bagian atas
hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua jempolku. Kutekan pantat Bu Rini
hingga belahannya agak terbuka lebar, dengan sekali-kali aku sapu dengan
keempat jariku mulai dari vagina ke atas hingga menyentuh lubang anusnya.
“Och..
Och..”
Hanya itu
yang keluar dari mulut Bu Rini, rupanya dia mulai sangat amat terangsang, tapi
dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan diperbuat kepadanya. Aku
mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan lotion lalu aku mulai sapu dari anus
hingga kebawah ke arah vagina ibu Rini dan diimbangi dengan makin naiknya
pantat Bu Rini.
“Och..
Och.. Mas teruskan Mas.. Och..”
Pelan-pelan
kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok hingga
mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan jempolku menekan
lubang anus Bu Rini. Kulihat Bu Rini agak meringis sedikit, tapi tetap tidak
ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke dalam anus Bu Rini, perlahan-lahan
sambil kulumuri agak banyak body lotion kukocok juga lubang anus Bu Rini,
hingga sekali tekan jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan
tengah masuk ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.
Dan
kulihat Bu Rini sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar lubang
anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun matanya terus
terpejam hanya beberapa kali tersengah.
“Och..
Och..”
Setelah itu aku jilat kuping Bu Rini dengan
lidahku sambil berbisik,“Aku masukan yach Bu kontolku”
Ibu Rini
hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka seluruh pakaianku,
lalu aku ganjel perut Bu Rini dengan bantal yang kulipat, supaya pantat dan
lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu aku masukan kontolku ke dalam
vagina Bu Rini dan kukocok hingga 15menit, lalu kulihat lendir putih sudah
mulai keluar dari lubang vagina Bu Rini.
Rupanya
Bu Rini sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu aku seka
dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit kemudian, hingga Bu
Rini mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan kontolku makin tegang saja
tanpa isyarat akan memuncratkan peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku
ambil body lotion kulumuri anus Bu Rini sambil kubuka lubang anus tersebut
hingga masuk ke dalam, lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk
ke dalam anus Bu Rini.
“Och..
Pelan-pelan Mas..” Bu Rini mengeluh.
Terus
kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini, lalu pelan-pelan aku cabut
kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang anus Bu Rini, ini
membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke dalam lubang anus Bu
Rini, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu Rini dengan kontolku ini
sambil melumuri body lotion supaya lubang anus Bu Rini tidak lecet, terus
kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai
mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba keluar. Lalu kucabut kontolku, dan
kulepaskan seluruh pejuku bertebaran diatas sprei.
Setelah
itu Bu Rini langsung membersihkan badannya di kamar mandi, lalu kususul Bu Rini
di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya, lumayan bodynya
cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih menantang seperti buah
pepaya yang masih tergantung dipohon, perutnya juga sudah mulai ada lipatan
lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya
kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Rini saat hendak memakai sabun ditubuhnya,
demikian juga aku dibantu juga oleh Bu Rini.
Setelah
selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu Rini untuk main
kembali, Bu Rini memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu Rini duduk dikursi tanpa
mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke atas dengan posisi
mengangkang lalu kusuruh Bu Rini memeluk kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok
dan mulai menyapu vagina Bu Rini dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut
masuk ke dalam vagina bagian bawah sambil mengocoknya.
Di sini Bu Rini tampak mendesah agak keras,“Och..
Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat.”
Tanpa
buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan kontolku
ke dalam lubang vagina Bu Rini kembali sambil setengah berdiri, sedangkan kedua
kaki Bu Rini sudah bersandar di depan bahuku, terus kusodok vagina Bu Rini
dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum bisa juga mengeluarkan
pejuhku. Lalu kuminta Bu Rini untuk mengisap kontolku supaya cepat keluar
pejuku ini.
Kedua
kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku, lalu aku
memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Rini, disini kulihat Bu Rini
mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai menetes dari mulutnya
untuk membuatku cepat mencapai puncak. Memang benar-benar lihai Bu Rini,
sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah tidak tahan lagi menahan pejuku
muncrat di dalam mulutnya.
Setelah
itu kami berdua membersihkan diri kembali ke kamar mandi, lalu kami kembali ke
salon Bu Rini. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik kepada Bu Rini.
Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman dalam hal ini dibanding
dengan yang masih muda. Bu Rini hanya tersenyum manis saja, sambil turun dari
mobilku dan kembali masuk ke dalam salonnya.
TAMAT
No comments:
Post a Comment